Penggunaan
teknologi informasi modern, berkembang sangat cepat dan mudah diterima oleh
masyarakat mulai tahun 1970. Teknologi dapat berkembang baik pada individu
secara mandiri maupun berkembang memasuki sektor kegiatan-kegiatan di dunia
kerja secara umum. Di dunia kerja, teknologi dapat bermanfaat membantu dalam
meringankan pekerjaan, namun disisi lain teknologi dapat membuat penggunanya
ketergantungan dan menjadi pasif.
Technostress Mengancam Pustakawan!
Tanpa
sadar kita hampir tidak bisa membatasi waktu dalam menggunakan teknologi
sehari-hari, interaksi kita melalui komputer maupun smartphone hampir tidak pernah memikirkan jumlah waktu dan tanpa disadari
penggunaan teknologi dapat menghasilkan kecemasan dan kepanikan karena berbagai
faktor. Salah satu dampak kecemasan teknologi pada dunia kerja, yaitu akan
diderita pada tenaga kerja atau pegawai. Khususnya untuk di instansi
perpustakaan kecemasan dan ketidaknyamanan penggunaan teknologi akan di derita
oleh pustakawan. Kecemasan dan ketidaknyamanan penggunaan teknologi sering
disebut dengan istilah technostress.
Menurut Terry, (2005: 44) , Definisi
stress adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian
antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stress
adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan
bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan
apakah kita tidak merasakan stress, merasakan distress atau eustress.
Stress yang berhubungan dengan masalah
pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi dunia kerja.
Stres kerja terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau
kebutuhan dari pekerjaan. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurang waktu,
dan kurang tenaga kerja atau tenaga kerja yang tidak bisa mengerjakaan
pekerjaan karena ketidak mampu.
Revolusi teknologi telah pasti membawa banyak perubahan
dalam hari kerja. Menurut
Ungku Norulkamar (2009: 103), meskipun telah memungkinkan pekerjaan yang harus
dilakukan lebih cepat dan lebih efisien, banyak karyawan yang tidak nyaman
dengan pelaksanaan teknologi karena melibatkan perubahan dan ketidakpastian.
Menuru Listyo, technostress
terbagi menjadi dua definisi, pertama technostress
adalah ketidaknyamanan psikologis karena tidak mampu menguasai atau mengikuti
perkembangan teknologi dan kedua, technostress
adalah ketergantungan individu pada teknologi yang berdampak pada
ketidaknyamanan secara fisik dan psikis. Sehingga
dapat diartikan bahwa technostress adalah ketidaknyamanan secara fisik dan
psikologis yang disebabkan oleh teknologi.
Technostress
bagi Pustakawan
Secara umum, Bichteler menemukan bahwa pustakawan menyambut teknologi di
lingkungan kerja dengan meningkatkan dan
diperbaiki kegiatan pekerjaan.
Meskipun demikian, dengan keberadaan teknologi, pengguna berharap dapat cepat
menemukan ketersediaan informasi, sehingga perpustakaan butuh bekerja keras
untuk mengelola pencarian dengan komputer yang lebih baik, menyebabkan
pustakawan menjadi kewalahan, jika informasi yang dicari saat pencarian muncul
terlalu banyak informasi yang tidak sesuai yang dibutuhkan pengguna.
Berurusan dengan para pengguna memiliki menyebabkan merasa technostressed. Selain itu, ketika penggunaan kata kunci pencarian tidak banyak membantu untuk bekerja lebih cepat dengan hasi yang lebih banyak, padahal waktu yang dimiliki terlalu singkat. Akibatnya, beban pustakawan akan menjadi bertambah dan menyita banyak waktu kerja, hal ini menempatkan pustakawan di bawah tekanan untuk bekerja lebih cepat.
Berurusan dengan para pengguna memiliki menyebabkan merasa technostressed. Selain itu, ketika penggunaan kata kunci pencarian tidak banyak membantu untuk bekerja lebih cepat dengan hasi yang lebih banyak, padahal waktu yang dimiliki terlalu singkat. Akibatnya, beban pustakawan akan menjadi bertambah dan menyita banyak waktu kerja, hal ini menempatkan pustakawan di bawah tekanan untuk bekerja lebih cepat.
Dengan
teknologi juga menuntut pustawakan dapat mengelola koleksi noncetak, seperti
mengklasifikasikan koleksi e-book, audio dan visual milik pustakawan, meng-upload data ke repository, promosi kegiatan, koleksi, dan fasilitas melalui social
media, mengelola website, menginput database di server, menginstal software
yang dibutuhkan di perpustkaan, dan bahkan memperbaiki komputer dan printer
jika error.
Solusi
Technostress bagi Pustakawan
Technostress
akan dialami bukan hanya bagi orang yang sudah mengenal teknologi, namun juga
kepada mereka yang sama sekali belum pernah mengenal teknologi. Begitu juga di
perpustakaan, teknologi dapat memudahkan pekerjaan pengolahan data, memantau
statistik pengunjung, statistik koleksi, penyebaran informasi secara cepat dan
mudah, penginputan database, namun hal itu akan dapat berjalan secara baik
apabila penanganan yang efektif telah dilakukan pustakawan. Untuk mendukung
kemampuan teknologi pustakawan agar pustakwan tidak terjangkit technostress
yang dapat mengurangi kualitas kinerja adalah memberikan penanganan yang lebih
baik, fokus pada pemberian pelatihan teknologi kepada pustakawan, seperti
pelatihan menggunakan komputer yang baik, meng-input database dengan benar, pelatihan membuat sistem yang jelas
maupun memberikan kemampuan untuk mengorganisasikan dan menyaring informasi
yang berlebihan, memberikan penyuluhan kesehatan maupun fasilitas kebugaran,
memberikan pengaturan prioritas pekerjaan, menambah seorang pustakawan untuk
membantu kinerja pustakawan lainnya jika memang diperlukan, tidak terlalu
banyak menuntut dan menyalahkan pustakwan jika kurang benar dalam kegiatan teknologi,
namun lebih kepada mencari solusi bersama, serta sering melakukan evaluasi
dengan meninjau kembali kebijakan manajemen kerja, seperti terkait dengan gaji,
pangkat dan pembagian tugas kerja setiap pustakawan.
Referensi:
Bichteler, J. Human aspects of high
tech in special libraries. Special Libraries Association, 77, 1986.
Terry looker. Managing Stress: mengatasi stress secara mandiri. (Yogyakarta:
Baca!, 2005).
Ungku Norulkamar Ungku Ahmad dan
Salmiah., “The Impact of Technostress on Organisational Commitment among
Malaysian Academic Librarians,” Singapore Jurnal
of Library & Information Manajemen. Vol 38, 2009, hal. 103
Listyo Yuwanto, Upload 16 Mei 2011. Family Technostress dan Techno-cocoan. Dalam
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/.
Di akses pada 11 november 2015, pukul 08.20 WIB.
Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin. Teknologi Informasi Perpustakaan. (Yogyakarta:
Kanisius, 2008). Hal. 13
0 komentar:
Posting Komentar