Senin, 02 Mei 2016

Hati-Hati! Technostress Mengancam Pustakawan!


Penggunaan teknologi informasi modern, berkembang sangat cepat dan mudah diterima oleh masyarakat mulai tahun 1970. Teknologi dapat berkembang baik pada individu secara mandiri maupun berkembang memasuki sektor kegiatan-kegiatan di dunia kerja secara umum. Di dunia kerja, teknologi dapat bermanfaat membantu dalam meringankan pekerjaan, namun disisi lain teknologi dapat membuat penggunanya ketergantungan dan menjadi pasif. 

Technostress Mengancam Pustakawan!

          Tanpa sadar kita hampir tidak bisa membatasi waktu dalam menggunakan teknologi sehari-hari, interaksi kita melalui komputer maupun smartphone hampir tidak pernah memikirkan jumlah waktu dan tanpa disadari penggunaan teknologi dapat menghasilkan kecemasan dan kepanikan karena berbagai faktor. Salah satu dampak kecemasan teknologi pada dunia kerja, yaitu akan diderita pada tenaga kerja atau pegawai. Khususnya untuk di instansi perpustakaan kecemasan dan ketidaknyamanan penggunaan teknologi akan di derita oleh pustakawan. Kecemasan dan ketidaknyamanan penggunaan teknologi sering disebut dengan istilah technostress.


Menurut Terry, (2005: 44) , Definisi stress adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stress adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stress, merasakan distress atau eustress.
Stress yang berhubungan dengan masalah pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi dunia kerja. Stres kerja terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan dari pekerjaan. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurang waktu, dan kurang tenaga kerja atau tenaga kerja yang tidak bisa mengerjakaan pekerjaan karena ketidak mampu.
Revolusi teknologi telah pasti membawa banyak perubahan dalam hari kerja. Menurut Ungku Norulkamar (2009: 103), meskipun telah memungkinkan pekerjaan yang harus dilakukan lebih cepat dan lebih efisien, banyak karyawan yang tidak nyaman dengan pelaksanaan teknologi karena melibatkan perubahan dan ketidakpastian.
          Menuru Listyo, technostress terbagi menjadi dua definisi, pertama technostress adalah ketidaknyamanan psikologis karena tidak mampu menguasai atau mengikuti perkembangan teknologi dan kedua, technostress adalah ketergantungan individu pada teknologi yang berdampak pada ketidaknyamanan secara fisik dan psikis. Sehingga dapat diartikan bahwa technostress adalah ketidaknyamanan secara fisik dan psikologis yang disebabkan oleh teknologi.

Technostress bagi Pustakawan 
   Secara umum, Bichteler menemukan bahwa pustakawan menyambut teknologi di lingkungan kerja dengan meningkatkan dan diperbaiki kegiatan pekerjaan. Meskipun demikian, dengan keberadaan teknologi, pengguna berharap dapat cepat menemukan ketersediaan informasi, sehingga perpustakaan butuh bekerja keras untuk mengelola pencarian dengan komputer yang lebih baik, menyebabkan pustakawan menjadi kewalahan, jika informasi yang dicari saat pencarian muncul terlalu banyak informasi yang tidak sesuai yang dibutuhkan pengguna. 
Berurusan dengan para pengguna memiliki menyebabkan merasa technostressed. Selain itu, ketika penggunaan kata kunci pencarian tidak banyak membantu untuk bekerja lebih cepat dengan hasi yang lebih banyak, padahal  waktu yang dimiliki  terlalu singkat. Akibatnya, beban pustakawan akan menjadi bertambah dan menyita banyak waktu kerja, hal ini menempatkan pustakawan di bawah tekanan untuk bekerja lebih cepat.
Dengan teknologi juga menuntut pustawakan dapat mengelola koleksi noncetak, seperti mengklasifikasikan koleksi e-book, audio dan visual milik pustakawan, meng-upload data ke repository, promosi kegiatan, koleksi, dan fasilitas melalui social media, mengelola website, menginput database di server, menginstal software yang dibutuhkan di perpustkaan, dan bahkan memperbaiki komputer dan printer jika error.

Solusi Technostress bagi Pustakawan
Technostress akan dialami bukan hanya bagi orang yang sudah mengenal teknologi, namun juga kepada mereka yang sama sekali belum pernah mengenal teknologi. Begitu juga di perpustakaan, teknologi dapat memudahkan pekerjaan pengolahan data, memantau statistik pengunjung, statistik koleksi, penyebaran informasi secara cepat dan mudah, penginputan database, namun hal itu akan dapat berjalan secara baik apabila penanganan yang efektif telah dilakukan pustakawan. Untuk mendukung kemampuan teknologi pustakawan agar pustakwan tidak terjangkit technostress yang dapat mengurangi kualitas kinerja adalah memberikan penanganan yang lebih baik, fokus pada pemberian pelatihan teknologi kepada pustakawan, seperti pelatihan menggunakan komputer yang baik, meng-input database dengan benar, pelatihan membuat sistem yang jelas maupun memberikan kemampuan untuk mengorganisasikan dan menyaring informasi yang berlebihan, memberikan penyuluhan kesehatan maupun fasilitas kebugaran, memberikan pengaturan prioritas pekerjaan, menambah seorang pustakawan untuk membantu kinerja pustakawan lainnya jika memang diperlukan, tidak terlalu banyak menuntut dan menyalahkan pustakwan jika kurang benar dalam kegiatan teknologi, namun lebih kepada mencari solusi bersama, serta sering melakukan evaluasi dengan meninjau kembali kebijakan manajemen kerja, seperti terkait dengan gaji, pangkat dan pembagian tugas kerja setiap pustakawan.

Referensi:
Bichteler, J. Human aspects of high tech in special libraries. Special Libraries Association, 77, 1986.
Terry looker. Managing Stress: mengatasi stress secara mandiri. (Yogyakarta: Baca!, 2005).
Ungku Norulkamar Ungku Ahmad dan Salmiah., “The Impact of Technostress on Organisational Commitment among Malaysian Academic Librarians,” Singapore Jurnal of Library & Information Manajemen. Vol 38, 2009, hal. 103
Listyo Yuwanto, Upload 16 Mei 2011. Family Technostress dan Techno-cocoan. Dalam http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/. Di akses pada 11 november 2015, pukul 08.20 WIB.
Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin. Teknologi Informasi Perpustakaan. (Yogyakarta: Kanisius, 2008). Hal. 13

0 komentar:

Posting Komentar